Taksonomi Cacing Tambang
- Kingdom : Animalia
- Filum : Nematoda
- Kelas : Secernentea
- Ordo : Strongylida
- Famili : Ancylostomatidae
- Genus : Necator / Ancylostoma
- Spesies :
- Ancylostoma duodenale
- Necator americanus
- Ancylostoma brazilliense
- Ancylostoma ceylanicum
- Ancylostoma caninum
Pengertian Cacing Tambang
Cacing tambang adalah cacing yang berasal dari anggota famili Ancylostomatidae yang mempunyai alat pemotong pada mulut berupa tonjolan seperti gigi pada genus Ancylostoma dan lempeng pemotong pada genus Necator. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus merupakan cacing tambang yang menginfeksi manusia sedangkan Ancylostoma brazilliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum merupakan cacing tambang yang menginfeksi binatang (anjing dan kucing).
Siklus Hidup Cacing Tambang
Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus). Cacing betina dewasa mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja. Apabila kondisi tanah menguntungkan (lembab, basah, kaya oksigen, dan suhu optimal 26°C – 27°C) telur akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva rhabditiform. Setelah 5 – 8 hari larva rhabditiform akan mengalami metamorfosa menjadi larva filariform yang merupakan stadium infektif dari cacing tambang. Jika menemui hospes baru larva filariform akan menembus bagian kulit yang lunak, kemudian masuk ke pembuluh darah dan ikut aliran darah ke jantung, kemudian terjadi siklus paru-paru (bronchus → trachea → esopagus), kemudian menjadi dewasa di usus halus. Seluruh siklus mulai dari penetrasi larva filariform ke dalam kulit sampai menjadi cacaing tambang dewasa yang siap bertelur memakan waktu sekitar 5 – 6 minggu.
Morfologi Cacing Tambang
Ciri-ciri telur hook worm :
- berbentuk oval
- ukuran : panjang ± 60 μm dan lebar ± 40 μm
- dinding 1 lapis tipis dan transparan
- isi telur tergantung umur :
- Tipe A → berisi pembelahan sel (1 – 4 sel)
- Tipe B → berisi pembelahan sel (> 4 sel)
- Tipe C → berisi larva
Ciri-ciri larva rhabditiform
- ukuran : panjang ± 250 μm dan lebar ± 17 μm
- cavum bucalis panjang dan terbuka
- esophagus 1/3 dari panjang tubuhnya
- mempunyai 2 bulbus esophagus
- ujung posterior runcing
Ciri-ciri larva filariform
- ukuran : panjang ± 500 μm
- cavum bucalis tertutup
- esophagus 1/4 dari panjang tubuhnya
- tidak mempunyai bulbus esophagus
- ujung posterior runcing
Ciri-ciri hook worm dewasa :
Walaupun terdiri dari beberapa spesies, cacing ini mempunyai morfologi yang hampir sama, perbedaan tiap spesies bisa dilihat dari susunan gigi / lempeng pemotong.
- ukuran : panjang ± 1 cm
- berwarna putih kekuningan
- ujung posterior cacing betina lurus dan meruncing
- ujung posterior cacing jantan membesar karena adanya bursa kopulatoris yang terdiri dari : bursa rays / vili dorsal, spicula, dan gubernaculum
- perbedaan antar spesies hook worm :
- Ancylostoma duodenale → mempunyai 2 pasang gigi besar
- Necator americanus → mempunyai sepasang lempeng pemotong
- Ancylostoma brazilliense → mempunyai 1 pasang gigi besar dan 1 pasang gigi kecil
- Ancylostoma ceylanicum → mempunyai 1 pasang gigi besar dan 1 pasang gigi sedang
- Ancylostoma caninum → mempunyai 3 pasang gigi besar
Gejala Klinis Infeksi Cacing Tambang
Berat ringannya gejala klinis yang terjadi pada infeksi hook worm tergantung pada :
- jumlah cacing
- stadium cacing tambang
- infeksi pertama atau infeksi ulang
- lamanya infeksi
- keadaan gizi penderita
- adanya penyakit lain
- umur penderita
Manifestasi klinis pada infeksi hook worm bisa ditimbulkan oleh :
- Larva
- Ground itch / Dew itch adalah rasa gatal yang timbul saat larva hook worm masuk menembus kulit, semakin banyak larva yang menembus kulit semakin hebat gejala yang timbul. Masuknya larva hook worm yang menembus kulit juga bisa menyebabkan dermatitis dengan eritemia, edema, vesikel, dan gatal.
- Infeksi pertama memberikan gejala yang lebih berat daripada infeksi ulangan.
- Larva dari cacing tambang hewan (Ancylostoma brazilliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum) juga bisa menginfeksi manusia dan menimbulkan creeping eruption (cutaneus larva migrans). Dalam kulit manusia larva bisa hidup beberapa hari sampai beberapa bulan. Larva ini mengembara dalam kulit manusia tetapi tidak pernah mencapai stadium dewasa.
- Cacing tambang dewasa
- Terjadi gejala anemia, karena cacing dewasa menghisap darah manusia, selain itu tempat perlekatan cacing juga terjadi perdarahan. Anemia yang terjadi akibat infeksi cacing tambang adalah anemia mikrositik hipokromik.
- Pada infeksi lanjut dapat menyebabkan defisiensi gizi, karena adanya anemia, gangguan absorbsi, digesti akibat atrofi vili usus akibat luka gigitan, dan diare akibat iritasi gigitan cacing.
- Pada pemeriksaan darah biasanya didapatkan eosinofilia yaitu meningkatnya jumlah sel eosinofil. Peningkatan jumlah eosinofil pada infeksi hook worm bisa sampai 15% – 30%.
- Pemeriksaan darah samar (occult) dalam tinja biasanya positif, bahkan kadang darah bisa dilihat dengan mata telanjang.
- Infeksi cacing ini dapat menimbulkan kekebalan. Jika tidak ada defisiensi gizi, infeksi ulangan akan memberikan kekebalan sehingga jumlah cacing tambang akan berkurang sampai hilang dari intestinum / usus halus.
Cara Diagnosis Infeksi Cacing Tambang
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja. Karena telur sulit ditemukan pada infeksi ringan disarankan menggunakan prosedur konsentrasi.
Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Cacing Tambang
Pencegahan :
- Selalu menggunakan alat kaki saat keluar rumah
- Hindari kontak kaki secara langsung dengan tanah
- Tidak buang air besar sembarangan
Pengobatan :
Obat Anthelminthic (obat yang membersihkan tubuh dari cacing parasit), seperti albendazole dan mebendazole, merupakan obat pilihan untuk pengobatan infeksi cacing tambang. Infeksi pada umumnya diobati selama 1-3 hari. Obat yang ini efektif untuk mengobati infeksi dan hanya memiliki sedikit efek samping. Suplemen zat besi juga diperlukan jika pendertia memiliki anemia.
Epidemiologi Cacing Tambang
Cacing tambang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Cacing ini mempunyai prevalensi yang tinggi di daerah perkebunan dan persawahan. Cacing ini menyerang terutama pada golongan sosial ekonomi rendah. Tanah yang gembur, lembab, teduh,tanah berpasir, atau tanah liat dan humus merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan telur cacing tambang sampai menjadi larva. Telur dan larva mudah mati karena keekeringan dan suhu yang rendah. Di Indonesia Necator americanus lebih banyak dijumpai daripada Ancylostoma duodenale. Frekuensi infeksi pada pria lebih besar daripada wanita. Kebiasaan buang air besar sembarangan, penggunaan kotoran manusia sebagai pupuk, kebiasaan tidak memakai alas kaki dan kurangnya pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan merupakan faktor-faktor yang menguntungkan untuk perkembangan dan penyebarang cacing tambang.
Referensi :
Craig, C.F., et al. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology. Michigan : Lea & Febiger
CDC. Ascariasis. http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/